WELCOME TO "AmalinaMahardika.blogspot.com" SERING2 KESINI YOOO,,,,,WELCOME TO "AmalinaMahardika.blogspot.com" SERING2 KESINI YOOO,,,,, WELCOME TO "AmalinaMahardika.blogspot.com" SERING2 KESINI YOOO,,,,, WELCOME TO "AmalinaMahardika.blogspot.com" SERING2 KESINI YOOO,,,,, WELCOME TO "AmalinaMahardika.blogspot.com" SERING2 KESINI YOOO,,,,, ^_^

Saturday, January 7, 2012

Implementasi Prinsip Belajar Law Of Exercise dalam Meningkatkan Keaktifan Siawa Mata Pelajaran Matematika


Disusun Oleh :
Singgih Mahardika & Zulfatun Amalina
Bimbingan Konseling
Universitas Pncasakti Tegal

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Perkembangan suatu bangsa erat sekali hubungannya dengan masalah – masalah pendidikan. Pendidikan merupakan wadah kegiatan sebagai pencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar peningkatan pendidikan secara keseluruhan. Upaya meningkatkan mutu pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga masyarakat. Marsigit menyatakan ahli – ahli pendidikan telah menyadari bahwa mutu pendidikan sangat tergantung kepada kualitas guru dan praktek pembelajarannya, sehingga peningkatan pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional ( Sutama, 2000:1)
            Inti pokok dari pembelajaran adalah siswa yang belajar. Belajar dalam arti perubahan dan peningkatan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik apabila diikuti proses belajar mengajar yang baik. Namun, kenyataannya dalam pembelajaran yang dilakukan siswa belum menggambarkan kemandirian siswa.
                  Thorndike ( Sutama,2000:145) mengemukakan kemandirian siswa dalam belajar dengan hukum Law of exercise bahwa belajar memerlukan latihan. Berdasarkan hukum belajar inilah penulis mempunyai inisiatif untuk menulis makalah dengan judul “Implementasi Prinsip Belajar Law Of Exercise dalam Meningkatkan Keaktifan Siawa Mata Pelajaran Matematika”

1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa konsep hukum belajar Law of exercise
  2. Penerapan hukum belajar Law of exercise dalam pengajaran Matematika
  3. Implikasi dan dampak Law of exercise dalam proses pengajaran Matematika
1.3 Tujuan Penulisan
  1. Penulis dan pembaca dapat mengetahui apa itu hukum belajar Law of exercise
  2. Penulis dan pembaca dapat mengetahui penerapan hukum belajar Law of exercise pada mata pelajaran Matematika
  3. Penulis dan pembaca dapat mengetahui implikasi dan dampak hukum belajar Law of exercise pada mata pelajaran Matematika

BAB 11
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori Thorndike khususnya hukum belajar Law of exercise
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon. Thorndike mengembangkan teori asosiasionisme yang sangat sistematis, dan salah satu teori belajar yang paling sistematis. Ia membawa ide-ide asosiasi para filsuf ke dalam level yang empiris dengan melakukn eksperimen terhadap ide-ide filosofis tersebut. Thorndike juga mengakui pentingnya konsep reinforcement dan reward serta menuliskan teorinya tentang ini dalam ‘law of effect’ tahun 1898 (bandingkan dengan Pavlov yang baru menuliskan idenya tentang reinforcement pada 1902).

Hukum-hukum belajar :
• Law of Readiness : adanya kematangan fisiologis untuk proses belajar tertentu, misalnya kesiapan belajar membaca. Isi teori ini sangat berorientasi pada fisiologis
• Law of Exercise : jumlah exercise (yang dapat berupa penggunaan atau praktek) dapat memperkuat ikatan S-R. Contoh : mengulang, menghafal, dan lain sebagainya. Belakangan teori ini dilengkapi dengan adanya unsur effect belajar sehingga hanya pengulangan semata tidak lagi berpengaruh.
• Law of Effect : menguat atau melemahnya sebuah connection dapat dipengaruhi oleh konsekuensi dari connection tersebut. Konsekuensi positif akan menguatkan connection, sementara konsekuensi negatif akan melemahkannya. Belakangan teori ini disempurnakan dengan menambahkan bahwa konsekuensi negatif tidak selalu melemahkan connections. Pemikiran Thorndike tentang. Konsekuensi ini menjadi sumbangan penting bagi aliran behaviorisme karena ia memperkenalkan konsep reinforcement. Kelak konsep ini menjadi dasar teori para tokoh behaviorisme seperti Watson, Skinner, dan lain-lain.
B. Penerapan hukum belajar Law of exercise dalam pengajaran Matematika
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Pernyataan Thorndike ini didasarkan pada hasil eksperimennya di laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, monyet, dan ayam. Menurutnya, dari berbagai situasi yang diberikan seekor hewan akan memberikan sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk bergantung pada kekuatan keneksi atau ikatan-ikatan antara situasi dan respon tertentu. Kemudian ia menyimpulkan bahwa semua tingkah laku manusia baik pikiran maupun tindakan dapat dianalisis dalam bagian-bagian dari dua struktur yang sederhana, yaitu stimulus dan respon. Dengan demikian, menurut pandangan ini dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon.
Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
Hukum ini dapat juga diartikan, suatu tindakan yang diikuti akibat yang menyenangkan, maka tindakan tersebut cenderung akan diulangi pada waktu yang lain. Sebaliknya, suatu tindakan yang diikuti akibat yang tidak menyenangkan, maka tindakan tersebut cenderung akan tidak diulangi pada waktu yang lain.
Dalam hal ini, tampak bahwa hukum akibat tersebut ada hubungannya dengan pengaruh ganjaran dan hukuman. Ganjaran yang diberikan guru kepada pekerjaan siswa (misalnya pujian guru terhadap siswa yang dapat menyelesaikan soal matematika dengan baik) menyebabkan peserta didik ingin terus melakukan kegiatan serupa. Sedangkan hukuman yang diberikan guru atas pekerjaan siswa (misalnya celaan guru terhadap hasil pekerjaan matematika siswa) menyebakan siswa tidak lagi mengulangi kesalahannya. Namun perlu diingat, sering terjadi, bahwa hukuman yang diberikan guru atas pekerjaan siswa justru membuat siswa menjadi malas belajar dan bahkan membenci pelajaran matematika.
Selain hukum-hukum di atas, Thorndike juga mengemukakan konsep transfer belajar yang disebutnya trasfer of training. Konsep ini maksudnya adalah penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki siswa untuk menyelesaikan suatu masalah baru, karena di dalam setiap masalah, ada unsur-unsur dalam masalah itu yang identik dengan unsur-unsur pengetahuan yang telah dimiliki. Unsur-unsur yang identik itu saling berasosiasi sehingga memungkinkan masalah yang dihadapi dapat diselesaikan. Unsur-unsur yang saling berasosiasi itu membentuk satu ikatan sehingga menggambarkan suatu kemampuan. Selanjutnya, setiap kemampuan harus dilatih secara efektif dan dikaitkan dengan kemampuan lain. Misalnya, kemapuan melakukan operasi aritmetik (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang telah dimiliki siswa, haruslah dilatih terus dengan mengerjakan soal-soal yang berikaitan dengan operasi aritmetik. Dengan demikian kemampuan mengerjakan operasi aritmetika tersebut menjadi mantap dalam pikiran siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa transfer belajar dapat tercapai dengan sering melakukan latihan.
Aplikasi Teori Thorndike dalam dunia pendidikan dan pengajaran
Menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari secara ilmiah dan praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Mengajar bukanlah mengharapkan murid tahu apa yang diajarkan. Mengajar yang baik adalah : tahu tujuan pendidikan, tahu apa yang hendak diajarkan artinya tahu materi apa yang harus diberikan, respons yang akan diharapkan dan tahu kapan “hadiah” selayaknya diberikan kepada peserta didik. Beberapa aturan yang dibuat Thorndike berhubungan dengan pengajaran:
·          Perhatikan situasi peserta didik
·          Perhatikan respons yang diharapkan dari situasi tersebut
·          Ciptakan hubungan respons tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan hubungan terjadi dengan sendirinya
·          Situasi-situasi yang sama jangan diindahkan sekiranya memutuskan hubungan tersebut.
·         Buat hubungan sedemikian rupa sehingga menghasilkan perbuatan nyata dari peserta didik
·         Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan-hubungan lain yang sejenis
·         Ciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Implikasi dan dampak Law of exercise dalam proses pengajaran Matematika
            Hukum ini dalam matematika berarti semakin sering suatu konsep matematika diulangi, maka makin dikuasailah konsep matematika itu. Pengulangan dalam belajar matematika bukanlah sembarang pengulangan yang menjadi kebosanan belajar, tetapi pengaturan waktu, distribusi frekuensi latihan akan menentukan keberhasilan belajar.
Kemandirian siswa dalam hal ini adalah belajar mandiri. Bukanlah berarti belajar sendiri, melainkan suatu prinsip belajar yang bertumpu pada kegiatan dan tanggung jawab siswa itu sendiri untuk keberhasilan belajarnya sejauh ada motivasi sendiri yang mendorong keinginananya untuk belajar, dalam kegiatan belajr mengajar agar dapat meningkatkan kemandirian siswa bukan hal yang mudah.
Matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan, sebab dalam matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan, keteraturan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan konsep – konsep tertentu yang merupakan representasinya sehingga dapat dibuktikan generalisasinya untuk dibuktikan kebenerannya secara deduktif  ( Ruseffendi, 1997 : 74-75).
Dalam belajar matematika dituntut ketelitian, ketekunan serta kesabaran baik dalam memahami suatu konsep maupun dalam memecahkan permasalahan yang ada. Ketelitian, ketekunan maupun kesabaran merupakan kemampuan atau potensi diri yang ada pada masing – masing pribadi siswa. Masing – masing kemampuan tersebut merupakan salah satu bentuk integrasi kemandirian siswa. Sehingga antara siswa yang satu dengan yang lain itu berbeda – beda.
Siswa diharapkan tidak bergantung pada orang lain setiap menghadapi persoalan matematika. Siswa dituntut untuk mampu berusaha menemukan permasalahan dengan tidak secara langsung mengadukan permasalahan tersebut pada orang lain dengan mengharapkan suatu penyelesaian tanpa dipikir terlebih dahulu mencobanya. Siswa diharapkan mampu berpikir secara aktif, kreatif, inovatif serta memiliki inisiatif sendiri.    
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.
SARAN
·         Kepada peserta didik agar lebih peka terhadap stimulus – stimulus yang diberikan oleh guru.
·         Kepada para guru agar mampu memberikan motivasi – motivasi dan stimulus – stimulus yang menarik dan disesuaikan dengan kesiapan peserta didik.
Jika kedua hal tersebut dapat berjalan dengan lancer, maka akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Willis, Dahar, Ratna, Teori – teori Belajar, Erlangga, Bandung, 1996
Hudoyo. Herman, Strategi Belajar Mengajar Matematika,Erlangga, Malang, 1990
www. Google.com/teoribelajar.[12 Desember 2011]


No comments:

Post a Comment